Lebih Baik Satu Lawan Satu Menuju DKI 1

JAKARTA, SM–Waktu terus bergulir, pertarungan memperebutkan kursi nomor satu di DKI Jakarta akan menjadi pertarungan seru antar calon pasangan. Bermunculan survei menggiring opini untuk memilih pasangan yang diusung menjadi trend. Bagaimana menyikapi itu?

Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada tanggal 5 sampai 10 Januari 2016 mengeluarkan hasil survei  ke publik pada Senin, tanggal 25 Januari 2016. Survei CSIS menunjukkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meraih 45 persen. Artinya, Ahok tinggal membutuhkan sekitar 6 persen lagi untuk menuju DKI 1.

Menurut Adnin Armas, Ketua McJAK (Muslim Cinta Jakarta) dalam rilis resmi yang diunggah di www.muslimlebihbaik.com (2/3) menjelaskan, berpikir lembaga survei tidak punya kepentingan politik adalah lebay. Tapi mengabaikan sama sekali hasil survei adalah ceroboh. “Perhatian tetap diperlukan, walaupun tak usah terlalu dipercaya,” tulisnya.

Kondisi seperti ini, tambah Adnin, tidak mudah untuk dihadapi bagi calon dari umat Islam yang ingin bertanding. Untuk itu, umat Islam perlu bersatu dengan memunculkan satu calon.

“Jika calon umat Islam lebih dari satu, maka bisa dipastikan suara umat Islam akan lebih terpecah. Salah satu calon umat Islam akan meraih suara yang tidak signifikan. Jika calon juga lebih dari satu, maka besar kemungkinan putaran kedua akan terjadi.”

Dampaknya, anggaran pemilihan kepala daerah DKI Jakarta akan meningkat menjadi dua kali lipat. Ratusan miliar dana APBD akan terbuang. Padahal ribuan masyarakat miskin di Jakarta sangat membutuhkan bantuan. Biaya untuk berkampanye di media, operasional dan sebagainya, membuat kucuran dana terbuang dengan tidak banyak manfaatnya.

Adnin menegaskan, untuk itu para elit politik lebih baik bersikap bijak. Umat juga perlu menyadari, putaran kedua adalah tidak efisien, menghabiskan anggaran, menyebabkan konflik semakin berkepanjangan antara para pendukung masing masing calon.

“Jadi, Lebih Baik Satu Lawan Satu Menuju DKI 1,” pungkasnya. [FR]