JAKARTA, SM– Ketua Forum Pesantren Alumni (FPA) Gontor, Dr KH Zulkifli Muhadli menegaskan, tuduhan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahwa pesantren adalah sarang teroris, tidak benar.
“Pesantren tidak mungkin menyematkan kurikulum terorisme. Sebaliknya, pesantren sebagai representasi lembaga pendidikan Islam justru mengajarkan cinta damai,” papar Zulkifli dalam diskusi yang digagas Majalah Gontor di ajang Islamic Book Fair (IBF) 2016 di Senayan, Jakarta, Sabtu (5/3).
Dalam diskusi bertajuk “Pesantren Bukan Sarang Teroris” itu Zulkifli mengatakan, tidak ada kurikulum pesantren yang mengajarkan tentang terorisme. Saat ini, pesantren sedang mendapatkan stigma dari kelompok Islamphobia.
Stigmatisasi ini lahir, papar Zulkifli, karena ada oknum atau pihak yang tidak suka pesantren tumbuh dan berkembang di Indonesia. “Kita patut mencurigai hal ini,” ujar pria yang pernah menjabat Rektor Universitas Cordova, Sumbawa Barat, itu.
Jumlah pesantren di Indonesia meningkat tajam. Jika pada tahun 1999 berjumlah sekitar 4.000-an, maka tahun 2012 jumlah itu lebih dari 20 ribu. “Itu yang tercatat oleh Kementerian Agama, yang tidak tercatat lebih banyak,” tegas Zulkifli. Pertumbuhan jumlah pesantren yang pesat ini setidaknya membuktikan bahwa minat masyarakat Indonesia untuk memasukkan anaknya ke pesantren mulai meningkat.
“Dengan meningkatnya jumlah pesantren, para alumninya bisa berkontribusi lebih banyak,” terangnya. Zulkfili menjelaskan, alumni pesantren diharapkan menonjol dalam tiga hal: kepemimpinan, kewirausahaan dan akademisi. [FR]