Kaligrafi pahatan tangan Jepara, ternyata diminati Presiden RI kelima. Bisnis ini memiliki prospek cerah di tengah minimnya bahan baku jati.
Achmad Yani Vonda berhasil mendirikan sebuah mebel sederhana di Yogjakarta. Lewat perjuangan panjang dan semangat tinggi, Yani mampu mengantarkan produknya ke mancanegara, di antaranya di Kepulauan Murisus, Yordania, Prancis dan Malaysia.
Selama kurang lebih tiga tahun, Yani cukup mengenyam pekerjaannya sebagai sales. Yani pun membuka usaha mebel sendiri. Dengan bermodal Rp 2 juta. Modal yang sangat minim itu ia gunakan untuk membuat frame atau pigura dan beberapa produk kaligrafi kecil serta beberapa produk sederhana seperti kursi dan meja.
Usai kuliah, ia pergi ke tempat ia bekerja. Dengan berbekal beberapa peralatan mebel dan kayu siap pakai, ia membuat beberapa karya untuk dijual di showroom-nya. Kegiatan ini rutin ia lakukan setiap hari sehabis belajar di bangku kuliah.
Perjalanan karir dibidang mebel pun hari demi hari mulai menampakkan hasilnya. Ketika pihak kampus mengadakan sebuah pameran. Kesempatan ini tak ia sia-siakan untuk menggeber dagangannya di ajang bergengsi tersebut. Ada keuntungan saat ia mengikuti pameran tersebut, pertama selain untuk ajang promosi ia juga bisa menjual dagangannya di pameran. “Dari pameran ini, saya mulai semangat dan mengenalkan kepada teman-teman tentang produk saya,” ungkapnya.
Keinginan Yani untuk mengembangkan mebelnya tak hanya berkutat di level daerah Yogjakarta semata. Ia ingin hasil karyanya bisa berkibar ke seluruh Indonesia atau ke mancanegara. Akhirnya pada tahun 1992, untuk mewujudkan obsesinya, Yani mencoba merantau ke Jakarta dan mendirikan mebel di Jakarta. Alhasil, barang dagangannya bisa dikenal dan dikonsumsi oleh konsumen di mancanegara, di antaranya kepulauan Murisus, Yordania, Prancis dan Malaysia.
Yani tak hanya puas dengan mebel yang ia garap selama ini. Guna menambah prestise bisnisnya, ia mencoba menambah koleksi produknya dengan kaligrafi dalam bentuk ukiran kayu. Alhasil, respon pasar ternyata cukup baik dan saat digelar di sebuah pameran di Jakarta, kaligrafi hasil olahan perusahaannya di Jepara laku keras.
Menurut Yani, bisnis kaligrafi sangat beresiko terutama pada penulisan ayat-ayat yang kalau salah bisa bermakna berbeda, “Kaligrafi cukup rumit karena ini menyangkut ketelitian, jika salah sedikit saja tulisannya maka maknanya akan berbeda,” katanya.
Pernah suatu hari ketika ada pameran besar. Salah seorang penjual kaligrafi hampir menemui kegagalan lantaran tulisan yang diukir ternyata salah, dan si penjual tidak tahu karena ia hanya membeli dari pengrajin lalu dijual. Untung saja, saat itu ia lari ke stand Yani dan meminta barang lainnya. Akhirnya transaksi pun berjalan dengan lancar.
Keunikan kaligrafi yang digarap tim Yani adalah garapannya halus, tulisan menyatu dengan kayu karena dipahat. Berkat keunikan hasil produknya inilah, kaligrafi Yani dibeli oleh Presiden RI kelima, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebanyak tiga buah. “Saya bersyukur karena yang minat dengan barang dagangan saya bukan hanya masyarakat biasa tapi juga presiden, selain itu juga dari beberapa kedutaan dari Timur Tengah,” katanya mantab.
Yani mengakui bahwa pasar kaligrafi dalam bentuk ukiran kayu jati ini peluang pasarnya masih sangat bagus. Pasalnya, model kaligrafi seperti yang ia garap masih sangat jarang di pasaran.
“Semoga ke depan, usaha ini bisa lebih besar lagi,” paparnya. [FR]