Muhasabah Malam Tahun Baru di Masjid At-Tin

redaksi
3 Min Read
kemenag
kemenag
kemenag

JAKARTA-SM. Ada yang beda di antara hiruk pikuk manusia saat memeriahkan malam tahun baru 2016. Mayoritas, mereka menyelenggarakannya dengan tiupan terompet dan kembang api. Masjid At-Tin yang ada di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta ini sejak Kamis sore (31/12) berlangsung kegiatan dzikir nasional. Ribuan jamaah pun membanjiri Masjid At-Tin.

Kegiatan nasional yang rutin diadakan setiap tahun ini dihadiri sejumlah tokoh agama. Mereka adalah KH. Ma’ruf Amin dari MUI dan PB Nahdlatul Ulama (NU), Haedar Nashir dari PP Muhammadiyah, Lukman Hakim Saifuddin Menag, Ustadz HM. Arifin Ilham, Ustadz H. Yusuf Mansur, KH. Didin Hafidhudin, Ustadz Tengku Zulkarnaeh, Maftuh Basuni, Zulkifli Hasan, Hidayat Nur Wahid dan Neno Warisman.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi kegiatan Dzikir Nasional yang sudah berlangsung selama 14 tahun terakhir ini dan dilaksanakan setiap malam akhir tahun. Apalagi tema Dzikir Nasional tahun ini adalah  “Menguatkan Ukhuwah Kebangsaan” sehingga diharapkan akan mempererat tali persaudaraan sesama anak bangsa.

Menurut Menag, sedikitnya ada lima keistimewaan Majelis Dzikir, yaitu sebagai bentuk ibadah, tempat majelis ilmu, penjaga stabilitas jiwa, menjadi tolak bala dan sebagai forum silaturahim.

“Kita mencoba mengingat dan mengenal Sang Pencipta, untuk kemudian mengimplementasikannya pada perilaku sehari-hari. Jadi, melalui Dzikir Nasional ini, kita mencoba untuk mengingat Allah, untuk kemudian menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya semaksimal mungkin,” papar Menag.

Menurut Kiai Ma’ruf, Dzikir Nasional salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk meminta supaya masa-masa yang tidak baik pada tahun sebelumnya tidak terulang kembali.

Kiai Ma’ruf mengatakan, MUI merupakan tenda besar bagi ratusan ormas Islam yang ada di Indonesia. Karena Islam di Indonesia terdiri dari berbagai kelompok. Sehingga MUI pada tahun depan akan terus menggaungkan kerukunan umat Islam.

MUI akan selalu menggaungkan Islam wasathiyah yang tidak mementingkan ego, fanatisme kelompok dan berislam moderat. Tidak hanya itu, dia juga menegaskan agar semua elemen untuk selalu menyatukan kepentingan nasional daripada kepentingan kelompok, sehingga ada kesamaan untuk bersatu.

“Baginya perbedaan merupakan sebuah keniscayaan, sehingga tugas kita adalah toleransi terhadap perbedaan-perbedaan tersebut,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan dengan dzikir, masyarakat terhindar dari perilaku dan budaya yang jauh dari nilai agama dan sia-sia. ”Kalau hanya hura-hura, menyalakan petasan dan kembang api, apa hebatnya dan apa dampak positif untuk kehidupan bangsa dan negara?” katanya.

Menurut Hidayat, dzikir mengingatkan umat dan bangsa ini kepada hakikat manusia, waktu, dan perubahan. Dengan demikian, nantinya perubahan yang terjadi melalui pergantian tahun sarat nilai, bukan sekadar rutinitas.

”Dengan berdzikir, manusia diingatkan bahwa dirinya bukanlah makhluk remeh-temeh, jadi tak berperilaku hura-hura, buang-buang waktu, dan kesempatan,” katanya. [FR]

 

⇒ Kunjungi dan Dapatkan Berita Seputar Masjid dengan Cepat di ⇒ GOOGLE NEWS ⇐

Share This Article
Translate »