JAKARTA, (SM)–Banyak suara, jenderal itu cocok jadi presiden? Demikian Karni Ilyas melontarkan pertanyaan kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di sesi akhir Indonesia Lawyer Club (ILC), Selasa (8/11/2016) malam. Panglima TNI pun dengan santun dan lugas menyatakan bahwa dirinya tidak akan memilih jalan sebagai presiden.
“Apabila sekarang saya berkeinginan menjadi presiden maka saya melanggar sumpah. Umur saya sudah 56. Kata ustadz-ustadz saya bilang kehidupan di dunia itu hanya sekejap mata saja. Kehidupan abadi di sana (akhirat). Saya lebih baik menjadi tumbal menjalankan tugas untuk menjaga Kebhinekaan Tunggal Ika, daripada jadi presiden,” ujar Jenderal Gatot disambut tepuk tangan peserta diskusi.
Sebelumnya Jenderal Gatot juga menyatakan kebanggaannya sebagai penduduk Indonesia dan sebagai seorang Muslim, karena umat Islam terbukti mampu menciptakan demo yang damai dan bersahaja.
“Di samping presiden menyampaikan terima kasih, saya juga menyampaikan bangga. Di mana demo yang begitu besar tetapi umatnya sangat patuh dengan kiai-nya, dengan ulama-nya, dengan habaib-nya,” kata jendral kelahiran Tegal, Jawa Tengah 13 Maret 1960 itu.
Menurutnya satu hal dapat dipetik dari aksi 411 kemarin sangat indah. Jenderal Gatot percaya bahwa seluruh peserta Aksi Bela Islam menyadari semangat Bhinneka Tunggal ika. Di antara buktinya kata dia adalah peristiwa di Katedral. Di mana pada saat demo ada satu pasangan di depan Katedral yang akan menikah. Kemudian ada santri yang membersihkan jalan yang akan dilewati, karena menggunakan rok yang panjang.
“Ini kan sesuatu yang indah. Ke-bhinneka tunggal ika-an itu benar-benar disadari semuanya. Indonesia tanpa umat Muslim bukanlah Indonesia. Dan Indonesia tanpa umat Kristen, umat Katholik, umat Hindu, umat Budha bukan juga Indonesia,” katanya. [FR]