[REVIEW] Masjid Al-Atiq Tempat Sembunyi Si Pitung dari Kejaran Belanda

redaksi
4 Min Read

alatiq alatiq1

11 Masjid Tua Bersejarah di Jakarta

Jakarta atau yang dulu dikenal dengan nama Batavia, menyimpan sejarah panjang perjuangan umat Islam dalam melawan penjajah di kota yang sekarang menjadi ibukota ini.

Ketika Batavia dikuasai oleh VOC, di pelabuhan Jayakarta, Kesultanan Banten berhasil merebutnya dari tangan Belanda. Sebelum dikuasai Banten, bandar ini dikenal sebagai Kalapa atau Sunda Kalapa, dan merupakan salah satu titik perdagangan Kerajaan Sunda. Dari kota pelabuhan inilah, VOC mengendalikan perdagangan dan kekuasaan militer dan politiknya di wilayah Nusantara.

Nama Batavia dipakai antara tahun 1621 sampai tahun 1942, ketika Hindia-Belanda jatuh ke tangan Jepang. Sebagai bagian dari de-Nederlandisasi, nama kota diganti menjadi Jakarta. Bentuk bahasa Melayunya, yaitu Betawi, yang masih dipakai hingga sekarang.

Keberadaan penjajah Belanda di Batavia ini telah menyisakan sejarah panjang yang cukup kelam. Demi terbebas dari kungkungan penjajah,banyak ulama pada masa itu yang membangun tempat-tempat untuk menghimpun kekuatan di masyarakat, salah satunya dengan membangun masjid-masjid.

Keberadaan masjid-masjid masa penjajahan sebagai basis untuk perjuangan membela Tanah Air. Dari masjid-masjid, para ulama dan masyarakat menyatukan satu tekad untuk melawan penjajah.

Perjuangan para ulama yang dimotori dari gerakan masjid, hingga sekarang masih terasa ketika kita menyambangi masjid-masjid peninggalan masyarakat tempoe doeloe di bilangan Jakarta. Berikut beberapa galeri masjid yang menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia di Kota Jakarta, yang kami himpun dari berbagai sumber.

1. Masjid Jami Al-Atiq (1500-an)

Masjid Al-Atiq dibangun awal tahun 1500-an. Tak banyak yang tahu kalau Masjid Al- Atiq adalah peninggalan Sultan Banten I, Kesultanan Banten Lama, Sultan Maulana Hasanuddin. Masjid ini dibangun ketika putra dari Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah melakukan kunjungan ke Batavia. Maka tak heran jika arsitektur masjid memiliki kemiripan dengan standar arsitektur masjid yang dibangun oleh para wali.

Atapnya berbentuk prisma bersusun tiga, mengingatkan pada arsitektur masjid Demak, Gresik dan masjid-masjid lainnya sekitar Jawa Tengah. Pembangunan masjid ini konon berbarengan dengan pembangunan masjid yang ada di Banten dan daerah Karang Ampel, Jawa Tengah. Dua masjid yang juga dibangun karena peran Sultan Maulana Hasanuddin.

Masjid ini juga pernah disinggahi oleh Pangeran Jayakarta bersama pasukannya pada awal 1619 ketika menuju pusat kota Batavia menyusuri Kali Ciliwung. Kondisi Masjid Al-Atiq saat itu cukup tak terawat, akhirnya rombongan memperbaiki masjid serta menetap beberapa lama di wilayah itu yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pengusaha sado. Maka tak heran jika awal-awalnya masjid ini disebut dengan Masjid Kandang Kuda.

Konon, masjid ini juga pernah menjadi tempat persembunyian si Pitung dan Ji’ih saat kabur dari penjara Meester Cornelis. Karena kelelahan terus-menerus dikejar Opas Belanda, dua sahabat itu bersembunyi di sebuah masjid pinggiran kali. Beruntung, ulama dan jamaah masjid menyembunyikan mereka di dalam masjid.

Itulah sepenggal kisah heroik yang menyertai keberadaan Masjid Jami Al-Atiq, di Jalan Masjid I Rt. 003 Rw. 01, Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan. Sebagian besar material masjid ini kini telah berganti dengan beton, walau disebutkan arsitekturnya tidak berubah. Sisa-sisa masa lalu itu, bisa dilihat pada sebagian pintu berdaun dua dan berpatri timah serta sederetan jendela kaca di bagian atas sebelah barat. [fathur-bbs]

⇒ Kunjungi dan Dapatkan Berita Seputar Masjid dengan Cepat di ⇒ GOOGLE NEWS ⇐

Share This Article
Translate »